Warga
yang melintasi kawasan Kalijodo pada siang hari di Jakarta, Kamis,
(11/02). Ada puluhan Cafe esek - esek dan lebih dari 400 PSK yang
bekerja disana. (Liputan6.com/Gempur M Surya)
Tak melulu tentang kisah cinta sesaat. Kalijodo
di Penjaringan, Jakarta Utara, juga menyimpan cerita kelam lain dari
lokalisasi judi yang dikuasai 2 kelompok di kawasan tersebut.
"Perjudian
di Kalijodo semakin besar karena tempatnya yang terbuka," seperti
ditulis Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna
Murti dalam bukunya, Geger Kalijodo, yang dikutip Liputan6.com Jumat (12/2/2016).
"Banyak lorong-lorong dan gang sempit yang memudahkan para 'bandot'
(bandar judi) dan petaruh lari jika ada penggerebekan polisi," kata dia.
Seperti kisah Daeng Leang si Raja Taruh yang melegenda. Saat
menuliskan kisah tersebut, Krishna menjabat Kapolsek Metro Penjaringan
(2001-2004).
Suatu malam pada 1993, terjadi perselisihan di
sebuah rumah judi. Lokasinya hanya 200 meter dari rumah judi kelompok
lawan milik Daeng Leang.
Krishna bercerita di rumah tersebut
terjadi perang mulut antara para petaruh dan bandar judi. Hingga
puncaknya, meja judi pun dibalikkan. Dan tiba-tiba terdengar suara
pelatuk senapan.
Tembakan itu memicu rusuh. Kelompok judi Daeng Leang diduga sebagai
pemicu konflik di rumah judi tersebut. Kedua kelompok pun saling lempar
batu bata. Akibatnya sebanyak 7 rumah rusak.
Namun Daeng Leang
bak menjemput ajalnya sendiri. Setelah bentrok reda, dia mendatangi
rumah kelompok judi yang semula rusuh tersebut lantaran mengira situasi
sudah aman.
Disebutkan, Leang tewas setelah ditusuk oleh anggota
kelompok di rumah judi itu. Jenazahnya lantas diseret sejauh 20 meter
dan lantas diceburkan ke kali.
Ada yang menyebut jika jasadnya muncul di permukaan air. Namun sebagian lain percaya, 'tubuh kaku' Leang tak pernah terlihat.
"Walaupun
jenazah Leang akhirnya menyembul ke atas kali. Namun versi lain dari
cerita lisan yang beredar di kalangan masyarakat sekitar menyebutkan,
mayat Leang tak pernah ditemukan. Cerita inilah yang sampai sekarang
melegenda di kalangan warga Kalijodo," tutur Khrisna.
"Cerita
permusuhan antarkelompok inilah yang kemudian diturunkan dari generasi
ke generasi. Salah satu pihak memandang Leang sebagai tokoh panutan,
sedangkan kelompok lain melihatnya sebagai orang jahat yang berhasil
disingkirkan," sambung Krishna.
Suasana
Kalijodo pada siang hari di Jakarta, Kamis, (11/02). Kawasan Kalijodo
yang luasnya kurang lebih lima hektare merupakan kawasan padat penduduk
yang terdiri dari lebih dari 2.000 KK. (Liputan6.com/Gempur M Surya) Krishna bercerita, sepeninggal Leang, bentrok antar-kelompok di Kalijodo makin jarang terjadi.
"Hal
ini lantaran hanya ada satu tokoh yang disegani oleh kedua kelompok.
Tokoh tersebut adalah Kamilong, seorang pensiunan tentara yang sudah
lama menetap di kawasan tersebut," kata Krishna.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membongkar Kalijodo yang terletak di antara wilayah Jakarta Barat dan Utara itu.
Penertiban
itu berdasarkan surat dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) bahwa di tempat itu, yang merupakan permukiman warga, tidak tepat
untuk lokasi prostitusi.
Sebab, akan berbahaya bagi mental dan pendidikan anak-anak di wilayah
tersebut. Rencana tinggal rencana. Hingga kini daerah itu masih tetap
hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar