Jumat, 08 Agustus 2014

Kisah Penjudi Taubat karena Ruqyah


29SEP
Anton Gafar, 51, mantan penjudi yang rajin sholat dan jadi garin mesjid. Selain gemar berjudi, anak mantan tentara (Buter) ini juga suka kawin cerai hingga punya 3 istri. Hidayah ini ia dapat ketika anak sulungnya dari istri pertama, Dian kerasukan setan dan diobati secara ruqyah. Dari sanalah ia mulai sadar bahwa Tuhan itu memang ada.
“Alhamdulillah, hidayah itu akhirnya datang disaat saya masih terbuai dengan mimpi duniawi. Melihat anak saya Dian bisa disembuhkan dengan membaca ayat-ayat Allah, saya langsung tafakur dan bersujud kepadaNya, “jelas Anton Gafar yang biasa dipanggil Ontong oleh warga sekitarnya menceritakan awal mula ia kembali ke jalan benar, Senin.
Anton Gafar merupakan anak ke dua dari delapan bersaudara. Ayahnya bernama Gafar, sedangkan ibunya bernama Salamah. Anton Gafar lahir di Banda Aceh, 20 Mei 1958. Pada masa sekolah dasar (SD) ayahnya pindah tugas ke Sijunjung menjadi Buter. Tubuhnya yang gempal dan tinggi membuat ia sangat ditakuti oleh kawan-kawan seusia pada masa itu.
“Anak tentara pada masa tahun 1965 sangat ditakuti. Apalagi, bapak saya Buter, sehingga tak ada yang berani sama saya, “jelas Ontong mengenang masa kecilnya di Pasar Sijunjung yang penuh dengan kenangan.
Begitu terus, sampai akhirnya ia beranjak dewasa dan menguasai beberapa petak agen di pasar nagari Sijunjung tersebut.
Dari kehidupan premannya ini, Ontong akhirnya mempersitri tiga wanita sekaligus. Yang pertama ia nikahi adalah Nurhayati, asal Riau dan dikarunia tiga orang anak yaitu, Dian, Rika dan Rio. Tak lama berselang ia nikahi lagi Ritawati, gadis Muaro dan dikarunia lagi tiga orang anak, Febio, Nana dan Anisa. Terakhir ia persunting lagi gadis asal Lubuaktarok Anis.
Dari istri ke tiga ini ia tidak punya anak. Kawinnya pun sebentar. Pada waktu itu ke tiga istrinya ia pasang sekaligus. Sekarang tinggal Ritawati, mereka menetap dirumah mertuanya di Ganting Muaro Sijunjung. Di rumah ini pulalah dulunya ia jadikan sebagai tempat berjudi. Meski keluarga dan tetangga pada marah, namun tak ada yang berani bicara langsung.
Karena, menurut Ontong, yang main pada waktu itu ada preman, oknum aparat dari kepolisian dan tentara serta pegawai negeri sipil. Namun, kelompok ini akhirnya bubar setelah Ontong disadarkan atas musibah yang menimpa anaknya Dian. Setelah diobat kesana-kemari, Dian tetap kesurupan, sehingga ia coba berobat secara ruqyah.
“Rumah tangga saya berantakan, hari-hari dihabiskan untuk berjudi. Tiba-tiba Tuhan memberi teguran kepada saya, Anak saya sakit seperti orang keserupuan, “katanya.
Alhamdulilllah, dengan ruqyah anaknya sembuh. Mendengar ayat-ayat Allah tubuh Ontong ikut bergetar, dan air matanya pun jatuh. Ia sujud mohon ampunan. Sejak itu ia mulai sholat lima waktu.
“Hanya satu kali, tinggal sholat Maghrib karena dalam perjalanan. Cara menggantinya (jamak) pun saya belum tahu, “jelas Ontong yang sekarang rajin sholat berjamaah di mesjid Taqwa Muaro Sijunjung.
“Sudah menjadi hiburan bagi saya, menuggu masuknya waktu sholat. Bahkan saya sering menggantikan tugas garin, kalau garin tidak ada, “katanya.
Bagaiman kalau bertemu dengan kawan-kawan lama, yang suka berjudi, mabuk-mabukan dan narkoba dulu? Anton Gafar hanya bisa tafakur. Menurut dia, dari ilmu agama yang ia dapat, jangankan untuk berbuat maksiat, mendekati maksiat saja sudah dilarang.
“Jangan untuk maksiat, mendekati maksiat saja haram hukumnya, “pungkasnya. (dari http://skemania.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar