Para
gamers pastinya tidak asing dengan permainan kartu. Apabila ditanya
mengenai permainan kartu yang ada di Indonesia, kebanyakan akan menjawab
remi, capsa, poker, gaple dan kwartet. Namun, apabila ditanya tentang
trading card game (TCG) atau collectible card game (CCG), Yu-Gi-Oh! dan
Vanguard menjadi jawabannya. Hanya sedikit yang mengetahui bahwa masih
ada beberapa permainan kartu asal luar negeri yang sudah masuk ke
Indonesia, bahkan sejak lama.
DIMULAI sekitar 1990-an, banyak gamers Indonesia mulai memainkan kartu Dragon Ball Z dan Pokemon yang didapatkan dari mesin Gashapon atau membeli sebungkus (package) yang berisi lima kartu acak. Namun, beberapa dari mereka tidak mengetahui bahwa kartu tersebut bisa digunakan untuk bermain. Gambar yang ditampilkan pada setiap kartu pun keren-keren.
DIMULAI sekitar 1990-an, banyak gamers Indonesia mulai memainkan kartu Dragon Ball Z dan Pokemon yang didapatkan dari mesin Gashapon atau membeli sebungkus (package) yang berisi lima kartu acak. Namun, beberapa dari mereka tidak mengetahui bahwa kartu tersebut bisa digunakan untuk bermain. Gambar yang ditampilkan pada setiap kartu pun keren-keren.
Pada permainan kartu Dragon Ball Z,
primadonanya adalah Goku dalam berbagai versi, Vegeta (Bezita) dan
beberapa lainnya. Sedangkan untuk permainan kartu Pokemon, yang menjadi
incaran para kolektor adalah karakter legendaris.
Di Kota Tepian, sejak 2010, komunitas pencinta permainan kartu tersebut dibentuk. Saat itu namanya adalah Samarinda Duelist Community. Sekarang berganti Duelist Tepian. Guyovan, ketua komunitas itu mengatakan, awalnya TCG yang dimainkan hanya Yu-Gi-Oh! “Karena saat itu hanya kartu permainan ini yang populer, seiring penayangan anime dengan judul sama di salah satu stasiun televisi swasta,” jelasnya. Komunitas itu, kata dia, dibentuk di SMA 1 Samarinda. Pasalnya, mayoritas pemain adalah siswa di sana.
Laki-laki yang akrab disapa Ovan tersebut mengatakan, permainan kartu dimainkan dua orang. Oleh karena itu, pemainnya dinamakan duelist. Masing-masing pemain menggunakan satu deck yang berisi 40 sampai 60 kartu. Butuh strategi dalam memainkannya Jadi, duelist harus tahu kegunaan karakter kartu. “Ibarat perang, kartu adalah tentara dan senjata,” ujarnya.
Seiring perkembangannya, tak hanya Yu-Gi-Oh! dan Vanguard yang dimainkan. TCG yang juga mereka mainkan adalah Weiss Schwarz dan Magic The Gathering (MTG). Namun, kalau ada anggota baru, mereka akan mengajarkan Yu-Gi-Oh! dulu. Kalau sudah mahir bisa lanjut ke permainan yang lainnya.
Ovan mengatakan, sebenarnya MTG adalah permainan TCG yang paling tua. “Sudah dimainkan sejak 1974 di Amerika,” terangnya. Namun, di Indonesia yang populer duluan adalah Yu-Gi-Oh! Komunitas ini juga fokus dengan permainan kartu yang satu ini. “Kalau yang lain hanya sekadar senang-senang saja,” ungkapnya.
Soal harga, TCG jangan dipandang sebelah mata. Ovan mengatakan, harga satu lembar kartu bisa mencapai Rp 3 juta tergantung kelangkaan. Agar bisa bermain, duelist harus memiliki starter pack. Biasanya harganya Rp 150 ribu. Namun, kartu harga jutaan rupiah tersebut bisa jatuh harganya sewaktu-waktu. Bisa pula melambung secara tiba-tiba. Pasalnya, sebuah kartu bisa dianggap terlalu hebat dan masuk daftar terlarang. Mungkin ini strategi produsen agar penggila kartu terus membeli kartu. Lagi pula, kalau sudah dapat kartu terhebat, permainan enggak asyik lagi,” tuturnya. Oleh karena itu perburuan kartu bakal terus dilakukan. Selain untuk kesenangan, koleksi kartu TCG bisa jadi investasi. (http://www.kaltimpost.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar