Senin, 06 Juli 2015

Mengapa Asia Tenggara Menjadi Pusat Judi Sepak bola Dunia?

Ancaman mafia sepak bola terhadap Indonesia memang begitu besar karena Asia Tenggara merupakan pusat judi sepak bola dunia.

Mengapa Asia Tenggara Menjadi Pusat Judi Sepak bola Dunia?Persib Bandung saat menjadi juara Liga Super Indonesia pada akhir tahun lalu. (Uchup via Wikimedia Commons)
 
Sepak bola Indonesia kembali bergejolak. Seiring kegagalan timnas U-23 meraih medali di SEA Games 2015, rumor pengaturan skor pertandingan mencuat. Isu ini masih diselidiki kebenarannya. Namun, harus disadari bahwa ancaman mafia sepak bola terhadap Indonesia memang begitu besar karena Asia Tenggara merupakan pusat judi sepak bola dunia.
Fakta ini dikuak oleh wartawan asal Kanada, Declan Hill, sesudah melakukan investigasi terhadap fenomena judi sepak bola di dunia. Kisahnya dia tuangkan dengan menarik di buku The Fix Soccer and Organized Crime.
Dalam investigasinya, Hill menemukan fakta bahwa kekuatan besar judi sepak bola di dunia justru berasal dari Asia. Jika dipersempit, area pusat berada di sekitar Asia Tenggara dan Republik Rakyat Tiongkok. Secara khusus, dia menyebut kota-kota seperti Kuala Lumpur, Hong Kong, Beijing, Bangkok, Singapura, dan bahkan Jakarta sebagai pusat perjudian sepak bola.
Menurut Hill, kekuatan mafia sepak bola di Asia Tenggara tidak main-main. Dia menyebut jangkauan mereka bukan hanya di wilayahnya. Bandar judi sepak bola Asia disebut Hill sudah mampu menembus Eropa. Puncaknya adalah klaim yang dilontarkannya bahwa kekuatan judi Asia Tenggara telah sanggup mengatur perhelatan sekelas Piala Dunia 2010.
Salah satu penyebab utama perjudian tumbuh subur di Asia Tenggara ialah faktor kebiasaan yang kuat. Tanpa bermaksud mendiskreditkan, Hill menyebut keberadaan sebagian orang Tionghoa yang memiliki kegemaran berjudi menjadi pendorong. Dikatakannya sebagian besar pelaku judi memang berasal dari etnis tersebut.
Para penonton sepak bola di ...Para penonton sepak bola di Indonesia, yang kebanyakan laki-laki, merayakan gol bagi tim nasional kesayangan mereka. (Warsono/National Geographic Indonesia)
Kebiasaan Buruk Etnis Tionghoa
Kebiasaan judi di kalangan etnis Tionghoa sudah ada sejak lama, sehingga sulit diberantas. Hill menyatakan hal tersebut sama halnya dengan kegemaran orang-orang di Barat terhadap alkohol. Kata dia, "Hampir tidak mungkin sebuah perusahaan yang menjual alkohol kepada orang Barat akan bangkrut. Ini sama tidak mungkinnya dengan melarang orang-orang etnis Tionghoa berjudi."
Perjudian sesungguhnya bukan budaya yang ingin dikembangkan oleh masyarakat Tionghoa. Judi tetap dipandang masyarakat Tionghoa sebagai penyakit masyarakat. Namun, sama seperti alkohol bagi masyarakat Barat, perjudian sulit dihilangkan karena telah menyebar.
Penegakan hukum yang belum konsisten di negara-negara Asia Tenggara ikut berpengaruh. Judi tetap ada meski di sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara disebut ilegal. Hal yang terjadi justru kolaborasi antara penjudi dan oknum penegak hukum.
Pada abad 18, seorang polisi Inggris mencatat upaya pihaknya memberantas perjudian di Tiongkok. Dia malah menyebut hal itu menjadi bumerang.
"Kegemaran berjudi sudah menembus seluruh lapisan kelas masyarakat Tiongkok. Hal itu justru disebut sebagai cara nasional untuk mengisi waktu. Upaya memberantasnya malah mendemoralisasi oknum polisi. Mereka menjadi pemeras uang pelaku dan akhirnya menjadi kolega dan pelindung," tulis polisi tersebut.
Karena kekuatan bandar-bandar judi di Asia Tenggara begitu besar, sepak bola Indonesia jelas berada dalam bahaya. Sepak bola di negeri kita sungguh rawan dikotori oleh praktik-praktik kotor perjudian seperti pengaturan skor.
(Asis Budhi Pramono, wartawan/http://nationalgeographic.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar