Selasa, 11 Agustus 2015

Menyadari Judi Destruktif dan tidak Produktif



SAYA sangat salut dengan kebijakan Kapolda Bali yang sangat memperhatikan masalah perjudian di Bali. Saya merasakan bahwa berjudi itu adalah suatu kegiatan yang sangat destruktif dan tidak produktif, namun sangat sulit dihentikan dengan kekuatan/tekanan/penyadaran eksternal. Karena pikiran seorang penjudi telah teracuni oleh makanan yang dibeli dari uang hasil judi. Uang yang diperoleh dari sebagian besar bebotoh (penjudi) yang kalah sering disertai dengan berbagai sumpah/kutukan dengan kalimat (kata-kata) kasar.
Sehingga makanan yang kita beli dari uang hasil menang berjudi akan menjadi darah daging yang tercemar, yang dapat meracuni pikiran, sehingga pikiran menjadi kecanduan/ ketergantungan akan bermain judi. Hal ini adalah suatu penyakit yang sangat menghambat pembangunan, baik fisik maupun mental/spiritual. Di lain pihak para bebotoh yang kalah, banyak yang gagal melanjutkan program belanja/ pembangunan keluarganya karena modalnya habis atau tidak mencukupi lagi. Banyak yang spontan mengutuk judi dan berkomitmen pada dirinya dan juga pada keluarganya untuk berhenti berjudi. Namun akhirnya selalu mengulanginya lagi, karena mereka tidak berdaya melawan penyakit kecanduan, juga kemomoannya. Hal ini terjadi karena kekuatan/kesadaran internal mereka sangat lemah, dan belum mampu melakukan introspeksi secara holistik.
Saya telah mengalami betapa sulitnya untuk berhenti bermain judi, dan untuk yang terakhir ini saya mencoba melakukan introspeksi/merenung/menghimpun kekuatan/kesadaran internal agar benar-benar bisa berhenti bermain judi. Menurut saya introspeksi untuk berhenti berjudi adalah:
1. Judi adalah salah satu penyakit kemomoan/kecanduan yang pasti akan menjerumuskan manusia ke lembah duka dan kesengsaraan. Barang siapa yang melakukan akan sulit bisa menghentikannya dan barang siapa yang dapat menghentikannya berarti memiliki iman yang kuat, sikap/jiwa yang rasional/ matang dan pengendalian diri lebih baik. 2. Uang hasil bermain judi hanya dapat mengenyangkan perut, tetapi tak akan mampu untuk menumbuhkan akal sehat dan jiwa yang konstruktif. Bahkan uang hasil judi justru dapat memperlemah rasa empati, memupuk keserakahan, dan bahkan sering membuat manusia menjadi emosional, setengah gila, serta menyebabkan degradasi iman dan moral. Dengan menghindari judi, bearti kita sudah selangkah lebih maju dalam menghadapi kemomoan yang merupakan salah satu dari musuh-musuh besar yang berada di dalam diri kita, lebih mampu menguasai/mengendalikan diri, lebih mampu berfikir/ bersikap logis/rasional, memiliki kematangan/keseimbangan jiwa/emosi serta rasa percaya diri.
3. Berjudi adalah suatu perbuatan sia-sia dan menjerumuskan, serta membuang-buang uang dan waktu yang sangat berguna, tidak hemat, tidak produktif, membuat hidup tanpa makna, menyebabkan kehancuran atau kemerosotan-kemerosotan dalam ekonomi, etika, moral/spiritual, serta merendahkan kualitas/ martabat diri.
4. Janganlah mengatakan bahwa berjudi untuk sekadar mencari hiburan. Ucapan atau ungkapan tersebut sangatlah munafik. Damailah dan bahagialah selalu tanpa bermain judi. Ingatlah tugas, keluarga, cita-cita dan masa depan. 5. Jahkanlah diri dari petualangan judi. Untuk bisa disegani/dihormati orang lain. Dunia judi adalah lembah dosa dan kehancuran. Ingatlah nilai/martabat seorang penjudi di masyarakat.
6. Jawablah dengan fikiran yang bersih dan sehat. Utilitas/ faedah apakah yang didapat dari bermain judi? Dapatkah Anda merasakan manfaat berjudi selama ini? Inginkah Anda sekeluarga jatuh/melarat karena main judi? 7. Jika Anda dapat berfikir logis, sehat dan rasional, usahakanlah untuk menghentikan permainan judi. Dengan mencurahkan perhatian pada tugas/ pekerjaan. Ingatlah selalu sembahyang, beryadnya ataupun beramal. Janjilah pada diri sendiri - jengah pada zaman. Untuk tidak berjudi lagi, usahakanlah kesibukan. Dengan kemampuan diri, dukunglah pendidikan, ingat anak dan istri, masa depan.
8. Ada beberapa pribahasa tentang orang yang jatuh/bangkrut karena judi. Di antaranya, Sudah j atuh ditimpa tangga. (nasib sial secara beruntun), Umpan habis ikan tak dapat (modal habis cita-cita tak tercapai), Dulu emas sekarang besi mengkarat (kehidupan menjadi sangat merosot), Ikuti gengsi mati, ikuti malu/jengah binasa (rasa gengsi, malu dan jengah dalam berjudi membinasakan diri sendiri).
9. Menghindari dan berpaling dari bermain judi Adalah sikap yang sangat tepat, bijaksana serta terpuji. Iman dan kekuatan spiritual kita akan semakin bertambah, curahkanlah sumberdaya yang ada untuk beryadnya, enyahkan atau musnahkan segala kekotoran jiwa, kendalikanlah musuh dan kemomoan dalam diri, ikhlaslah/bersyukurlah dalam menerima rezeki.
Ir. I Nyoman Gede Bratatapa, S.BA.
Br. Tengah Blahbatuh, Gianyar
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar