SAYA
sangat salut dengan kebijakan Kapolda Bali yang sangat
memperhatikan masalah perjudian di Bali. Saya merasakan
bahwa berjudi itu adalah suatu kegiatan yang sangat
destruktif dan tidak produktif, namun sangat sulit
dihentikan dengan kekuatan/tekanan/penyadaran eksternal.
Karena pikiran seorang penjudi telah teracuni oleh makanan
yang dibeli dari uang hasil judi. Uang yang diperoleh dari
sebagian besar bebotoh (penjudi) yang kalah sering
disertai dengan berbagai sumpah/kutukan dengan kalimat (kata-kata)
kasar.
Sehingga
makanan yang kita beli dari uang hasil menang berjudi akan
menjadi darah daging yang tercemar, yang dapat meracuni
pikiran, sehingga pikiran menjadi kecanduan/
ketergantungan akan bermain judi. Hal ini adalah suatu
penyakit yang sangat menghambat pembangunan, baik fisik
maupun mental/spiritual. Di lain pihak para bebotoh yang
kalah, banyak yang gagal melanjutkan program belanja/
pembangunan keluarganya karena modalnya habis atau tidak
mencukupi lagi. Banyak yang spontan mengutuk judi dan
berkomitmen pada dirinya dan juga pada keluarganya untuk
berhenti berjudi. Namun akhirnya selalu mengulanginya lagi,
karena mereka tidak berdaya melawan penyakit kecanduan,
juga kemomoannya. Hal ini terjadi karena kekuatan/kesadaran
internal mereka sangat lemah, dan belum mampu melakukan
introspeksi secara holistik.
Saya
telah mengalami betapa sulitnya untuk berhenti bermain
judi, dan untuk yang terakhir ini saya mencoba melakukan
introspeksi/merenung/menghimpun kekuatan/kesadaran
internal agar benar-benar bisa berhenti bermain judi.
Menurut saya introspeksi untuk berhenti berjudi adalah:
1. Judi
adalah salah satu penyakit kemomoan/kecanduan yang pasti
akan menjerumuskan manusia ke lembah duka dan kesengsaraan.
Barang siapa yang melakukan akan sulit bisa
menghentikannya dan barang siapa yang dapat
menghentikannya berarti memiliki iman yang kuat, sikap/jiwa
yang rasional/ matang dan pengendalian diri lebih baik. 2.
Uang hasil bermain judi hanya dapat mengenyangkan perut,
tetapi tak akan mampu untuk menumbuhkan akal sehat dan
jiwa yang konstruktif. Bahkan uang hasil judi justru dapat
memperlemah rasa empati, memupuk keserakahan, dan bahkan
sering membuat manusia menjadi emosional, setengah gila,
serta menyebabkan degradasi iman dan moral. Dengan
menghindari judi, bearti kita sudah selangkah lebih maju
dalam menghadapi kemomoan yang merupakan salah satu dari
musuh-musuh besar yang berada di dalam diri kita, lebih
mampu menguasai/mengendalikan diri, lebih mampu berfikir/
bersikap logis/rasional, memiliki kematangan/keseimbangan
jiwa/emosi serta rasa percaya diri.
3.
Berjudi adalah suatu perbuatan sia-sia dan menjerumuskan,
serta membuang-buang uang dan waktu yang sangat berguna,
tidak hemat, tidak produktif, membuat hidup tanpa makna,
menyebabkan kehancuran atau kemerosotan-kemerosotan dalam
ekonomi, etika, moral/spiritual, serta merendahkan
kualitas/ martabat diri.
4.
Janganlah mengatakan bahwa berjudi untuk sekadar mencari
hiburan. Ucapan atau ungkapan tersebut sangatlah munafik.
Damailah dan bahagialah selalu tanpa bermain judi.
Ingatlah tugas, keluarga, cita-cita dan masa depan. 5.
Jahkanlah diri dari petualangan judi. Untuk bisa disegani/dihormati
orang lain. Dunia judi adalah lembah dosa dan kehancuran.
Ingatlah nilai/martabat seorang penjudi di masyarakat.
6.
Jawablah dengan fikiran yang bersih dan sehat. Utilitas/
faedah apakah yang didapat dari bermain judi? Dapatkah
Anda merasakan manfaat berjudi selama ini? Inginkah Anda
sekeluarga jatuh/melarat karena main judi? 7. Jika Anda
dapat berfikir logis, sehat dan rasional, usahakanlah
untuk menghentikan permainan judi. Dengan mencurahkan
perhatian pada tugas/ pekerjaan. Ingatlah selalu
sembahyang, beryadnya ataupun beramal. Janjilah pada diri
sendiri - jengah pada zaman. Untuk tidak berjudi lagi,
usahakanlah kesibukan. Dengan kemampuan diri, dukunglah
pendidikan, ingat anak dan istri, masa depan.
8. Ada
beberapa pribahasa tentang orang yang jatuh/bangkrut
karena judi. Di antaranya, Sudah j atuh ditimpa tangga. (nasib
sial secara beruntun), Umpan habis ikan tak dapat (modal
habis cita-cita tak tercapai), Dulu emas sekarang besi
mengkarat (kehidupan menjadi sangat merosot), Ikuti gengsi
mati, ikuti malu/jengah binasa (rasa gengsi, malu dan
jengah dalam berjudi membinasakan diri sendiri).
9.
Menghindari dan berpaling dari bermain judi Adalah sikap
yang sangat tepat, bijaksana serta terpuji. Iman dan
kekuatan spiritual kita akan semakin bertambah,
curahkanlah sumberdaya yang ada untuk beryadnya, enyahkan
atau musnahkan segala kekotoran jiwa, kendalikanlah musuh
dan kemomoan dalam diri, ikhlaslah/bersyukurlah dalam
menerima rezeki.
Ir.
I Nyoman Gede Bratatapa, S.BA.
Br. Tengah Blahbatuh, Gianyar
Br. Tengah Blahbatuh, Gianyar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar