Rabu, 24 September 2014

Dewa Judi dari Dunia Pesantren


Ia adalah anak dari kiai ternama di Jawa Timur. Tetapi ia sangat doyan main judi, keluar masuk dunia prostitusi, dan suka mabuk-mabukan. Sebagai putra ulama besar, ia benar-benar membuat malu keluarga besarnya. Bagaimana mungkin anak seorang ulama besar sampai memiliki tindakan amoral macam itu?

Dunia pesantren sempat guncang karena kabar asusila tersebut. Bagaimana tidak, ia adalah putra seorang ulama besar yang diakui ulama-ulama di kancah nasional di daerah Kediri. Banyak kiai-kiai lain yang geram dan marah atas perilaku tak bermoral tersebut. Bagaimana pun ia berasal dari pesantren besar, aspek keteladanan menjadi hal paling ditekankan. Sebab, ia akan menjadi panutan semua orang.
Sosok itu dikenal dengan nama Gus Miek. Ia sudah kenyang malang-melintang di dunia hitam. Bukan hanya di daerah Kediri, tetapi juga di daerah-daerah lain. Kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, Jember dan bahkan daerah ibunya kota-kota tanah air, yaitu daerah Jakarta.
Di dunia pesantren, terdapat istilah yang paling harus dijauhi oleh para santri, umat Islam khususnya, yaitu mo-limo; madat, minum, zina, mabuk dan judi. Namun Gus Miek menerobosnya. Kerap ia malam-malam mendatangi wilayah prostitusi dan main dengan para pelacur. Memasuki gemerlapnya dunia malam diskotik, dugem dan main judi serta mabuk-mabukan.
Khusus soal berjudi, setiap kali keluar dari suatu tempat untuk main judi, dia bisa membawa sekarung yang semuanya berisi uang karena selalu menang judi.Bahkan, dia hampir tak pernah kalah dalam soal main judi. Banyak bandar bangkrut karenanya. Bahkan sampai ada bandar-bandar yang karena kehabisan modal, lantas memilih bunuh diri. Bukan hanya karena malu, tetapi karena sudah tak punya apa-apa lagi.
Demikian juga soal mabuk. Gus Miek menantang siapa saja yang merasa jago minum agar bertanding minum, siapa yang lebih tangguh dan lebih jago minum. Tentu saja, tak satu pun yang mampu mengalahkannya.
Tindakannya soal main pelacur juga tak kalah. Berkali-kali ia keluar masuk dunia hitam tersebut. Sebagai putra seorang ulama ternama, perbuatan sangat buruk ini tentu saja sangat-sangat memalukan. Bukan hanya keluarga besarnya sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat yang merasa pesantren sebagai pusat dan sumber keteladanan. Sumber mencari kedahagaan spiritual. Tempat di mana mereka belajar menjadi hamba-hamba yang lebih baik.
Respon atas Gagalnya Dakwah Menata Umat
Yang sangat menarik, unik dan di luar dugaan semua orang, apa yang dilakukan Gus Miek ternyata terdapat misi visioner yang tak diketahui banyak orang. Sebab, banyak para pelacur, penjudi, dan para pemabuk yang kemudian lantas bertaubat dan kembali menjadi hamba-hamba yang baik setelah bertemu dengan Gus Miek. Mereka kembali ke tengah masyarakat dan menjadi anggota masyarakat yang baik.
Memang kasus yang aneh. Semua orang terpana. Setelah mengetahui apa yang dihasilkan oleh Gus Miek, semua orang berbalik menaruh harapan. Bahkan para ulama yang semula menghujat dan memvonis perilaku Gus Miek, berbalik menyambut Gus Miek dengan tangan terbuka.
Mengapa Gus Miek melakukan proses dakwah yang begitu aneh dan bahkan sepertinya menyalahi hukum syariat? Saya tertarik di bagian ini. Sebab, menurut Gus Miek, sudah banyak pengajian di mana-mana. Bahkan ada juga yang sampai berteriak-berteriak kampanye tentang syiar agama, hingga menutup tempat-tempat terjadinya pusat kemaksiatan. Meskipun demikian, tak ada perubahan berarti. Kemaksiatan tetap merajalela. Tempat-tempat yang menjadi pusat kemaksiatan terus menjamur. Istilahnya, anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Inilah alasan kenapa Gus Miek sampai terjun menggunakan pola dakwah ekstrem dan berbeda. Ia melihat pasti ada yang salah dalam prosesi kampanye kebenaran dan dakwah yang sudah ada selama ini. Makanya, meski syiar dakwah menggema di mana-mana, tetap tak membuahkan hasil memadai.
Yang saya heran sampai sekarang, bagaimana cara Gus Miek agar tidak mabuk meski sudah minum sangat banyak. Bagaimana cara Gus Miek main judi sehingga mengalahkan semua jagoan perjudian dengan telak. Dan bagaimana cara Gus Miek menata gejolak hawa nafsu ketika berhadapan dengan para pelacur. Danhingga bagaimana cara beliau berdakwah sehingga banyak di antara mereka yang benar-benar bertaubat.
Soal dunia perjudian, ada kisah yang menarik. Sepulang dari berjudi, Gus Miek ditemani salah seorang yang menjadi santrinya. Di tangannya ia memegang karung besar. Apalagi isinya jika bukan uang hasil menang judi?
Kalau tak salah ingat, di tengah perjalanan, Gus Miek tiba-tiba ingin meminjam uang pada santri tersebut. Sebab ia mengaku sedang kehabisan perbekalan. Si santri menyahut, “Loh gimana sih Gus? Lhaa, jenengan kan sedang megang uang sekarung? Kok bilang sedang nggak punya uang?” tanya santrinya bingun plus heran.
“Ngawur kamu!” jawab Gus Miek tegas. “Ini uang panas. Tak boleh diambil untuk keperluan kita,” begitu Gus Miek menyahut kebingungan sang santri. Antara bingung dan tak percaya dengan jawaban Gus Miek, saya sebagai pembaca tak dapat menahan tawa. Luar biasa!
Saya merasa sangat beruntung pernah membaca habis kisah di balik perjalanan hidup dan misteri dakwah Gus Miek ini. Sebab, ternyata tersimpan banyak kearifan di balik sesuatu yang tampaknya buruk dan hitam. Mengajarkan saya agar tak gampang berprasangka. Tak gampang memvonis orang lain. Bahwa semua orang, betapapun buruknya, tetap adalah hamba-hamba Tuhan.
Sepengetahuan saya, penulisnya adalah M. Nurul Ibad. Dia kira-kira sudah menulis segala sesuatu tentang Gus Miek sebanyak tiga buku. Judulnya, “Jalan Trabas Gus Miek”, “Suluk Jalan Trabas Gus Miek”, dan “Biografi Perjalanan Gus Miek”. Judul di atas bisa salah. Berhubung Cuma berdasar ingatan.
Tentu saja, sebelum mengakhiri catatan klimaks ini, saya berpesan: don`t try this at home, hehehehe. (tamam malaka, http://sosbud.kompasiana.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar