Sabtu, 04 Oktober 2014

Mental Judi Sangat Baik Buat Modal Berbisnis


Sedari kecil hingga umur setua ini, 39 tahun, saya tidak suka dengan namanya judi. Judi apapun. Mau judi kartu, dadu atau Taruhan Bola, semuanya saya tidak suka. Saya bilang tak suka, ya bukan bilang tidak pernah samasekali. Terdengar munafik kalau tidak pernah main judi. He2… Alasan tak sukanya kenapa? Selain karena di agama saya, Islam diajarkan kalau judi itu termasuk dosa besar dan termasuk perbuatan yang dilarang agama, juga karena saya tak punya mental penjudi sedari kecil. Saya kalau judi takut kalah. Saya selalu gelo, tak rela kalau kalah dan kehilangan uang saya sehingga tak pernah tertarik untuk berjudi.
Casino
Hem, sampai di sini mungkin Anda berpikir sikap saya tersebut Anda anggap baik. Benar? Terlepas dari konteks agama memandang itu baik, sikap saya yang menjauhi judi namun di sisi lain saya justru ingin mengatakan kepada Anda bahwa sikap saya tersebut malah tidak bagus buat perkembangan jiwa bisnis saya kelak saat saya tumbuh dewasa. Justru mental judi faktanya bertolak belakang 180 derajat, sangat baik buat perkembangan mental bisnis. Mengapa?Karena mental judi merupakan modal awal yang dibutuhkan dalam berbisnis.

Nah, lho kok bisa? Saya jawab bisa. Karena mental judi itu punya sisi positif yang baik. Baik dalam artian bukan perbuatan dosanya tapi mentalnya yang tak kenal pantang menyerah itulah yang sangat baik. Anda tahu mental para penjudi? Orang kalau sudah punya mental penjudi saat menang judi dia akan terus ketagihan ingin supaya menang lebih besar lagi. Kalau kalah sama, dia akan penasaran terus untuk membalas kekalahannya, tak mau berhenti apalagi menyerah. Itulah mental penjudi. Pantang menyerah dan tak pernah puas. Bukankah mental ini sangat baik buat modal berbisnis? Sebab dalam berbisnis juga hampir sama kayak berjudi. Ada untung-untungan dan dibutuhkan mental pantang menyerah. Kalau tak punya mental ini mungkin sekali menghadapi masalah atau kekalahan langsung keok terus kapok berbisnis.

Sekarang saya akan memberikan ilustrasi lain belajar naik sepeda. Saya akan cerita kisah seorang anak yang lagi belajar naik sepeda. Awal-awal belajar naik sepeda pasti dia takut-takut. Takut terjatuh, takut nabrak dsb. Suatu ketika anak yang belajar naik sepeda ini terjatuh dari sepeda sampai luka-luka dan kesakitan. Lalu setelahnya habis jatuh gimana? Semakin takut naik sepeda apa semakin berani naik sepeda?

Ada dua kemungkinan. Pertama langsung kapok tidak mau naik sepeda lagi. Kemungkinan kedua, justru semakin berani naik sepeda. Karena dia tahu rasanya jatuh dan menyadari apa kesalahannya yang menyebabkan dia jatuh sehingga dia menjadi lebih berani. Karena dia punya keyakinan asal kesalahan itu tidak terulang lagi maka dia tak mungkin terjatuh lagi.

Kesimpulannya, dalam berbisnis selain mental pantang menyerah dan tak pernah puas seperti mental penjudi, juga mental mau belajar dari kesalahan seperti naik sepeda sangat dibutuhkan. Kalau yang nyalinya kecil saat menghadapi kejatuhan mungkin lebih memilih jalan aman menyerah, lari tak mau berbisnis lagi. Tapi bagi yang mau belajar justru dari kesalahan tersebut memicunya untuk terus belajar supaya tidak terjatuh lagi. Kalau kita tidak pernah sakit dan jatuh maka kita tidak akan pernah belajar bagaimana caranya memperbaiki kesalahan dan belajar caranya bangkit kembali. Dalam bisnis jatuh bangun itu sudah biasa. Ingatlah waktu Anda jatuh sebagai sebuah pelajaran supaya Anda bisa belajar caranya bangkit. Kalau mulus-mulus saja tanpa hambatan dan sandungan bukan bisnis namanya. (http://www.diptara.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar