Temasek
Holdings Pte milik Pemerintah Singapura sudah lama mencekeram Indonesia.
‘Bapak
Singapura’, Lee Kuan Yew mungkin masih bisa tersenyum di luar alam fana
sana melihat Temasek Holdings Pte, yang kini telah berubah menjadi perusahaan
raksasa. Lee masih ingat betul ketika mendirikan Temasek pada 1974. Saat itu,
ia ingin Singapura punya badan usaha yang memisahkan pemerintah dengan
investasi yang ditanamnya.
Maklum,
ketika awal 1960-an, Pemerintah Singapura banyak membeli perusahaan lokal di
sektor produksi dan pembuatan kapal. Bagi Lee, cara seperti ini lama kelamaan
bisa menjadi tidak baik. Dari sinilah muncul idenya mendirikan Temasek.
Tujuannya, agar peran pemerintah sebagai
pemilik dan pemegang saham tidak bercampur dengan tugasnya sebagai pembuat
kebijakan dan regulator pasar.
Sepanjang
tahun 1974 hingga akhir 1990, Temasek beroperasi sebagai perusahaan investasi
induk yang sifatnya pasif. Tugasnya adalah mengawasi dan memantau berbagai
perusahaan di bawahnya, yang saat itu semuanya berada di Singapura.
Sebagian
besar anak perusahaannya berkembang menjadi perusahaan terkemuka di
Singapura, seperti Neptune Orient Lines,
Singapore Technologies Engineering, Keppel Corporation, SembCorp Industries,
dan PSA International. Menurut data pemerintah, pada tahun 2002, 13% PDB
Singapura berasal dari berbagai perusahaan ini.
Memang, tak
begitu mengherankan. Sebab, struktur politik Singapura sendiri bersifat
korporatis. Sebagian besar perusahaan dikuasai negara. Itulah kenapa pada 2002
Temasek dimasukkan dalam cetak biru perekonomian Singapura.
TANGAN
DINGIN HO CHING
Semua ini
berkat Ho Ching, yang ditunjuk sebagai Direktur Eksekutif Temasek pada 2002. Ho
adalah istri Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura yang menjabat sejak
2004 hingga saat ini. Lee sendiri adalah putera dari almarhum Lee Kuan Yew.
Di tangan
Ho, Temasek berkembang pesat. Tahun 2004, Temasek memiliki banyak saham di
berbagai perusahaan besar Singapura, seperti SingTel, DBS, Singapore Airlines,
PSA International, SMRT Corporation, Singapore Power dan Neptune Orient Lines.
Temasek
juga memegang investasi berbasis publik seperti Hotel Raffles dan Singapore
Zoological Gardens. Selain itu, Temasek memegang saham Singapore Pools,
perusahaan judi resmi satu-satunya di Singapura.
Pendek
kata, perusahaan ini merajai hampir semua sektor usaha di Singapura, mulai dari
keuangan, telekomukasi dan media, transportasi dan logistik, properti, sampai
infrastruktur. Bahkan kebun binatang milik negara pun dikelolanya.
Namun lama
kelamaan, strategi bisnis Temasek berubah. Temasek tak lagi sebagai perusahaan
induk yang sekadar mengelola modal yang ditanam Pemerintah Singapura, melainkan
juga menjadi perusahaan yang mampu bersaing di pasar internasional.
Temasek
kemudian memasukkan anak perusahaannya dalam dua grup. Yakni grup A untuk
bisnis yang berbasis di Singapura, dan grup B untuk yang berlokasi di luar
negeri.
Yang
termasuk dalam grup A adalah perusahaan air minum, listrik dan gas, pelabuhan
udara dan laut, usaha olah raga, penyiaran, layanan kesehatan bersubsidi,
pendidikan dan perumahan, serta berbagai sarana umum seperti kebun binatang.
Di grup A
setidaknya ada 22 perusahaan yang dikelola. Tujuh di antaranya sudah masuk
bursa Singapura. Di grup ini termasuk di dalamnya Singapore Airlines, DBS Bank,
dan Singapore Telecom.
Pada tahun
2009, Ho Ching mundur sebagai Direktur Eksekutif Temasek. Posisinya kemudian
digantikan oleh Chip Goodyear, bekas CEO BHP Billiton hingga saat ini.
Namun,
pergantian itu tak menghilangkan kontrol pemerintah terhadap jalannya Temasek.
Semuanya ada di tangan Lee Hsien Loong, PM Singapura, putera Lee Kuan Yew.
DI
INDONESIA
Di
Indonesia, Temasek sudah cukup lama dikenal karena cengkeraman bisnisnya dan
usahanya memburu sektor telekomunikasi. Temasek adalah pemilik 35% saham
operator seluler terbesar di Indonesia, PT Telkomsel.
Seiring
kebijakan privatisasi perbankan beberapa tahun lalu, Temasek membeli PT Bank
Danamon Tbk, PT Bank Internasional Tbk (BII), PT Bank Permata Tbk, PT Bank NISP
Tbk, dan Bank Buana. Total kekayaan lima bank yang dikuasainya saat itu
mencapai Rp 200 triliun lebih, atau 12% dari seluruh aset bank yang ada di
Indonesia.
Hanya saja,
entah kenapa, satu per satu bank ini dijual. Kini, Temasek hanya menguasai Bank
Danamon dan Bank Permata.
Namun, itu
tak berarti mengendorkan nafsu Temasek mencengkeram sektor-sektor bisnis di
Indonesia. Ada telekomunikasi, perbankan, perkebunan, dan entah sektor apa lagi
yang sudah dimasuki. Pasalnya, Temasek begitu banyak memiliki unit usaha
beranak-pinak, yang tak mudah mengurainya.
Misalnya,
soal kabar kepemilikan saham Temasek di PT Astra International Tbk sebanyak
50,11% lewat Jardine Cycle & Carriage (JCC). Bila ini benar, maka Temasek
bisa dibilang sudah cukup lama menguasai sektor otomotif. Maklum, Astra, yang
kini tercatat di Bursa Efek Indonesia, adalah jawara otomotif di Indonesia.
Perusahaan ini menguasai 40% pasar otomotif.
Tiga tahun
lalu, Temasek memasuki bisnis ritel dengan membeli Matahari yang memiliki 80
gerai di 52 kota di Nusantara. Belakangan, namanya disebut-sebut berada di balik Lion Air, maskapai yang dijalankan
Rusdi Kirana.rw
- See more
at:
http://www.majalahreviewweekly.com/read/1270/cengkeraman-temasek-di-bumi-pertiwi#sthash.yLIQ44N2.dpuf
Under the simple mode you choose coins of in regular mode when you win a spin your prize money will be transfer to super meter at the top of the locomotive. Latest Mega888 Free credit 2022 offers available 2022. Download Mega888 Apk and get the Free Credit New Member Mega888 Singapore to boost your game. Free Mega888 no download slots has a arbitrarily drawn progressive jackpot.
BalasHapus