Sabtu, 31 Desember 2016

Cengkeraman Temasek di Bumi Pertiwi



Temasek Holdings Pte milik Pemerintah Singapura sudah lama mencekeram Indonesia.

‘Bapak Singapura’, Lee Kuan Yew mungkin masih bisa tersenyum di luar alam fana sana  melihat Temasek Holdings Pte,  yang kini telah berubah menjadi perusahaan raksasa. Lee masih ingat betul ketika mendirikan Temasek pada 1974. Saat itu, ia ingin Singapura punya badan usaha yang memisahkan pemerintah dengan investasi yang ditanamnya.

Maklum, ketika awal 1960-an, Pemerintah Singapura banyak membeli perusahaan lokal di sektor produksi dan pembuatan kapal. Bagi Lee, cara seperti ini lama kelamaan bisa menjadi tidak baik. Dari sinilah muncul idenya mendirikan Temasek. Tujuannya,  agar peran pemerintah sebagai pemilik dan pemegang saham tidak bercampur dengan tugasnya sebagai pembuat kebijakan dan regulator pasar.
Sepanjang tahun 1974 hingga akhir 1990, Temasek beroperasi sebagai perusahaan investasi induk yang sifatnya pasif. Tugasnya adalah mengawasi dan memantau berbagai perusahaan di bawahnya, yang saat itu semuanya berada di Singapura.
Sebagian besar anak perusahaannya berkembang menjadi perusahaan terkemuka di Singapura,  seperti Neptune Orient Lines, Singapore Technologies Engineering, Keppel Corporation, SembCorp Industries, dan PSA International. Menurut data pemerintah, pada tahun 2002, 13% PDB Singapura berasal dari berbagai perusahaan ini.
Memang, tak begitu mengherankan. Sebab, struktur politik Singapura sendiri bersifat korporatis. Sebagian besar perusahaan dikuasai negara. Itulah kenapa pada 2002 Temasek dimasukkan dalam cetak biru perekonomian Singapura.

TANGAN DINGIN HO CHING

Semua ini berkat Ho Ching, yang ditunjuk sebagai Direktur Eksekutif Temasek pada 2002. Ho adalah istri Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Singapura yang menjabat sejak 2004 hingga saat ini. Lee sendiri adalah putera dari almarhum Lee Kuan Yew.

Di tangan Ho, Temasek berkembang pesat. Tahun 2004, Temasek memiliki banyak saham di berbagai perusahaan besar Singapura, seperti SingTel, DBS, Singapore Airlines, PSA International, SMRT Corporation, Singapore Power dan Neptune Orient Lines.
Temasek juga memegang investasi berbasis publik seperti Hotel Raffles dan Singapore Zoological Gardens. Selain itu, Temasek memegang saham Singapore Pools, perusahaan judi resmi satu-satunya di Singapura.
Pendek kata, perusahaan ini merajai hampir semua sektor usaha di Singapura, mulai dari keuangan, telekomukasi dan media, transportasi dan logistik, properti, sampai infrastruktur. Bahkan kebun binatang milik negara pun dikelolanya.
Namun lama kelamaan, strategi bisnis Temasek berubah. Temasek tak lagi sebagai perusahaan induk yang sekadar mengelola modal yang ditanam Pemerintah Singapura, melainkan juga menjadi perusahaan yang mampu bersaing di pasar internasional.
Temasek kemudian memasukkan anak perusahaannya dalam dua grup. Yakni grup A untuk bisnis yang berbasis di Singapura, dan grup B untuk yang berlokasi di luar negeri.
Yang termasuk dalam grup A adalah perusahaan air minum, listrik dan gas, pelabuhan udara dan laut, usaha olah raga, penyiaran, layanan kesehatan bersubsidi, pendidikan dan perumahan, serta berbagai sarana umum seperti kebun binatang.
Di grup A setidaknya ada 22 perusahaan yang dikelola. Tujuh di antaranya sudah masuk bursa Singapura. Di grup ini termasuk di dalamnya Singapore Airlines, DBS Bank, dan Singapore Telecom.
Pada tahun 2009, Ho Ching mundur sebagai Direktur Eksekutif Temasek. Posisinya kemudian digantikan oleh Chip Goodyear, bekas CEO BHP Billiton hingga saat ini.
Namun, pergantian itu tak menghilangkan kontrol pemerintah terhadap jalannya Temasek. Semuanya ada di tangan Lee Hsien Loong, PM Singapura, putera Lee Kuan Yew.
DI INDONESIA

Di Indonesia, Temasek sudah cukup lama dikenal karena cengkeraman bisnisnya dan usahanya memburu sektor telekomunikasi. Temasek adalah pemilik 35% saham operator seluler terbesar di Indonesia, PT Telkomsel.

Seiring kebijakan privatisasi perbankan beberapa tahun lalu, Temasek membeli PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Internasional Tbk (BII), PT Bank Permata Tbk, PT Bank NISP Tbk, dan Bank Buana. Total kekayaan lima bank yang dikuasainya saat itu mencapai Rp 200 triliun lebih, atau 12% dari seluruh aset bank yang ada di Indonesia.
Hanya saja, entah kenapa, satu per satu bank ini dijual. Kini, Temasek hanya menguasai Bank Danamon dan Bank Permata.
Namun, itu tak berarti mengendorkan nafsu Temasek mencengkeram sektor-sektor bisnis di Indonesia. Ada telekomunikasi, perbankan, perkebunan, dan entah sektor apa lagi yang sudah dimasuki. Pasalnya, Temasek begitu banyak memiliki unit usaha beranak-pinak, yang tak mudah mengurainya.
Misalnya, soal kabar kepemilikan saham Temasek di PT Astra International Tbk sebanyak 50,11% lewat Jardine Cycle & Carriage (JCC). Bila ini benar, maka Temasek bisa dibilang sudah cukup lama menguasai sektor otomotif. Maklum, Astra, yang kini tercatat di Bursa Efek Indonesia, adalah jawara otomotif di Indonesia. Perusahaan ini menguasai 40% pasar otomotif.
Tiga tahun lalu, Temasek memasuki bisnis ritel dengan membeli Matahari yang memiliki 80 gerai di 52 kota di Nusantara. Belakangan, namanya disebut-sebut  berada di balik Lion Air, maskapai yang dijalankan Rusdi Kirana.rw

- See more at: http://www.majalahreviewweekly.com/read/1270/cengkeraman-temasek-di-bumi-pertiwi#sthash.yLIQ44N2.dpuf

1 komentar:

  1. Under the simple mode you choose coins of in regular mode when you win a spin your prize money will be transfer to super meter at the top of the locomotive. Latest Mega888 Free credit 2022 offers available 2022. Download Mega888 Apk and get the Free Credit New Member Mega888 Singapore to boost your game. Free Mega888 no download slots has a arbitrarily drawn progressive jackpot.

    BalasHapus