Minggu, 14 Februari 2016

Gempa Taiwan Ungkap Penyimpangan



Ketika bencana datang, galibnya ada sesuatu keajaiban yang menyembul ke permukaan. Tak terkecuali gempa yang menggoncang Taiwan pekan lalu, terungkap adanya korban yang mampu bertahan hidup di reruntuhan dan bangunan apartemen tak sesuai bestek.
=====================
Gempa bumi menggoyang wilayah bagian selatan Taiwan pada Sabtu (6/2) dinihari. Gempa tersebut dicatat memiliki magnitudo sebesar 6,4 SR dengan episenter berada di koordinat 22.871° LU, 120.668° BT dengan kedalaman sumber gempa 23 km. Menurut informasi yang dihimpun dari berbagei media, gempa telah menyebabkan robohnya sejumlah bangunan di kota Tainan yang berada lebih kurang 30 Km dari sumber gempa. Ratusan orang terperangkap di bangunan-bangunan apartemen dan puluhan ditemukan tewas.
Sejauh ini Kementerian Luar Negeri menyebutkan tak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban. Namun begitu, sejumlah WNI ikut merasakan dahsyatnya lindu yang menggoyang ketika mayoritas warga Taiwan tengah tertidur pulas itu.
Reno Fithri Meuthia, dosen asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan S3 di National Kaohsiung University of Applied Science (NKUAS), Taiwan, menceritakan ketika gempa terjadi pada pukul 3.58 waktu Taiwan atau 2.58 WIB, ia sedang tidur bersama putranya di lantai 10 apartemen yang mereka tempati di Baosing Rd 82-11,10F, Kaohsiung.
"Saya terbangun dan merasakan bangunan bergoyang sangat kuat. Saya tak tahu harus berbuat apa dan hanya mengucap Allahu Akbar sambil melihat ke jendela apartemen," cerita Reno kepada Liputan6.com, Sabtu (6/2/2016).
Ketika itu, kata Reno, memang ada keinginan untuk menyelamatkan diri dengan turun dari apartemen. Persoalannya, dalam kondisi gempa tidak memungkinan turun melalui tangga darurat atau lift dari lantai 10.
"Jadi saya hanya bisa memeluk anak yang tengah tertidur sambil terus berdoa. Setelah gempa selesai, baru saya sadar belum mematikan aliran gas di kamar apartemen kami," ujar Reno yang sudah 1,5 tahun tinggal di Taiwan.
Bukan hanya Reno, dua orang WNI lainnya yang tinggal di apartemen 14 lantai itu juga tak bisa turun lantaran sudah keburu disergap rasa takut. Tapi warga yang tinggal di lantai 2 dan 3 apartemen sempat turun melalui tangga darurat.
"Di sekitar Kota Kaohsiung ini ada 15 orang WNI. Dan dari hasil saling kontak setelah gempa, alhamdulilah semuanya selamat. Bangunan atau apartemen di Kaohsiung juga tak ada yang sampai roboh," ujar Reno.
Diakui Reno, kondisi paling parah akibat gempa terjadi di Kota Tainan, yang berjarak sekitar 1 jam perjalanan darat dari Kaohsiung. "Bersyukur, setelah konfirmasi ke teman-teman (WNI) yang di Tainan, alhamdulilah mereka semua dalam kondisi aman," pungkas Reno.
Di Kota Tainan,sebuah bangunan apartemen berlantai 17 runtuh. Selain meruntuhkan rumah susun tersebut, menurut laporan terakhir, bencana yang terjadi pada dinihari ini setidaknya juga merusak sekitar 200 rumah atau hunian yang ada di kota bagian selatan Taiwan itu.
Bencana yang terjadi menjelang perayaan Imlek ini juga menyebabkan sekitar 484 orang terluka, 158 orang hilang (dalam pencarian) dan 230 orang pun berhasil diselamatkan hidup-hidup dan mengalami luka ringan.
Meski kinerja pemerintah dan regu penyelamat bisa dibilang cukup baik, namun rasa penasaran warga masyarakat akan runtuhnya bangunan beton sebanyak 17 lantai itu memang tak bisa dibendung lagi. Akhirnya terkuak juga bahwa bangunan 17 lantai itu tidak sesuai standar kelayakan bangunan. Bangunan beton itu tidak sesuai dengan standar bangunan 17 lantai yang layak huni, seperti dilansir Dailymail.co.uk.
Bagaimana bisa layak huni, bila pada struktur bangunan yang seharusnya terbuat dari beton secara keseluruhan itu ditemukan kaleng minyak di bagian dalam beton bangunan. Kok bisa ada kaleng minyak seperti itu di dalam beton? Apakah selama ini kaleng minyak itu digunakan sebagai material tambahan bangunan?
Ternyata selama ini bangunan 17 lantai yang runtuh itu tidak dibangun dengan murni material beton. Terlihat jelas  kalau di dalam pondasi beton berbagai sisi bangunan itu diisi dengan banyak sekali kaleng minyak. Kaleng minyak tadi digunakan dan disusun rapi agar dapat menghemat atau mengurangi pemakaian beton itu sendiri. Alhasil, masyarakat di sana pun menduga bila biaya pembangunan rumah susun tersebut dikorupsi oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Diklaim bahwa kaleng minyak dan cat di gedung 17 lantai itu telah mengakibatkan banyak korban. Gedung Wei Guan Golden Dragon, yang terletak di distrik Yongkang Tainan, dan terdiri dari 200 rumah merupakan salah satu dari 10 gedung yang runtuh karena gempa. Diyakini bahwa ada 113 dari 256 warga yang terperangkap dalam reruntuhan.
Namun, seorang teknisi, Tai Yun Fa berpendapat bahwa adanya kaleng minyak di dalam gedung tidak menimbulkan kerusakan struktural. Menurut dia, kaleng minyak biasa digunakan untuk memperbesar pilar tanpa menambah berat bangunan. Rupanya, penggunaan kaleng minyak di konstruksi bangunan tidak dilarang sampai September 1999.
Menurut Kepala Departemen Dalam Negeri Kontruksi dan Perencanaan, Hsu Wun, mengatakan bahwa gedung Wei Guan selesai tahun 1994. Sebelumnya bangunan itu tidak terdaftar sebagai bangunan dengan struktur berbahaya.
Wali Kota Tainan, William Lai, marah dan menginstruksikan tim independen menyelidiki skandal proyek bangunan itu. ”Saya sudah menghubungi unit peradilan dan jaksa yang secara resmi telah meluncurkan penyelidikan,” katanya.
“Kami juga telah menugaskan tiga badan independen untuk menyimpan bukti selama penyelamatan sehingga kami dapat membantu warga jika mereka ingin mengajukan tuntutan hukum di masa depan. Pembangun bertanggung-jawab jika mereka telah melanggar hukum,” ujarnya.
Selain mengungkap skandal bangunan yang menyalahi syarat kelayakan, gempa Taiwan juga memperlihatkan keajaiban anak manusia. Seorang wanita korban gempa di Taiwan ditemukan masih hidup setelah dua hari terkubur puing-puing bangunan yang roboh. Dia ditemukan terbaring di bawah suaminya yang meninggal.
Politisi lokal, Wang Ting-yu mengatakan kepada Reuters bahwa seorang wanita yang masih hidup setelah terkubur puing bangunan itu bernama Tsao Wei-ling. Seorang pria bernama Li Tsung-tian juga ditemukan masih hidup. (BN)
Boks:
Jakarta Harus Melakukan Evaluasi
Gempa di Taiwan merobohkan beberapa apartemen dan gedung tinggi. Sejumlah orang tewas karena berada dalam gedung saat bangunan itu roboh. Membandingkan kondisi serupa, bagaimana dengan Jakarta, apakah bangunan yang ada sudah siap?
Deputi Kepala BMKG Masturyono berkomentar bahwa warga Jakarta seharusnya tidak perlu terlalu khawatir karena Jakarta berada dari jauh dari sumber gempa. "Misalnya patahan yang berada di selatan Jawa Barat dan itu lumayan jauh dari Jakarta," ujar Masturyono seperti dikutip detik.com, Rabu (10/2).
Untuk Jakarta juga sudah ada peraturan bahwa bangunan tahan gempa dan setiap bangunan harus mendapatkan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Otoritas yang memiliki kepentingan untuk menjalankan aturan tersebut adalah Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B). Apakah pengawasannya sudah benar?
"Gedung-gedung di Jakarta seharusnya sudah memenuhi persyaratan. Tetapi ada juga lubangnya bahwa aturan tersebut hanya berlaku bagi gedung setinggi 40 meter atau 8 lantai," kata Masturyono sembari mempertanyakan, "Bagaimana dengan bangunan di bawah itu? Masih  banyak di bawah itu dan tinggi juga."
Masturyono mengatakan perlu ada pengawasan lebih lanjut dari PU dan P2B soal gedung-gedung bertingkat mengenai ketahanan menghadapi gempa. Hal ini dikarenakan jika terjadi gempa di Jakarta, gedung-gedung di bawah tinggi 40 meter atau 8 lantai tetap berbahaya jika masyarakat berada di sekitar area gedung-gedung itu.
Dia mengingatkan tugas dari PU dan P2B untuk segera melakukan evaluasi terhadap bangunan-bangunan yang berada di Jakarta. Khusus untuk bangunan seperti Apartemen dan bangunan tinggi lainnya, Masturyono meyakini bangunan-bangunan itu telah mendapatkan lisensi ketahanan gempa karena mengacu pada peraturan yang telah diberlakukan kepada bangunan tinggi di atas 40 meter.

"Kita berharap aturan ini dipatuhi meski kita belum pernah mengalami gempa," ucapnya.  (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar