Kamis, 16 Juli 2015

Bekas Pusat Perjudian di Batam Kini Bak Kota Mati


Bekas Pusat Perjudian di Batam Kini Bak Kota Mati Marina City, bekas tempat perjudian di Batam yang kini jadi kota mati (CNN Indonesia/Rizky Sekar Afrisia)
 
  Jarak fisik yang dekat dengan Singapura membuat Batam menjadi kota yang cukup bebas. Salah satu tandanya: perjudian marak. Dahulu, Marina City menjadi salah satu kawasan judi terkenal di Batam. Ada bangunan bergaya Eropa klasik yang dipenuhi pendatang dan ekspatriat.

Pelabuhan Marina yang berbentuk rumah gadang tak pernah sepi. Setiap jam, pengusaha berdatangan. Kebanyakan dari Singapura. Ada pula yang dari Jakarta. Mereka membawa banyak uang dan siap bertaruh harta di meja judi. Perekonomian sekitar Marina pun hidup.


"Waktu itu Batam ramai banget. Orang-orang kaya. Tukang ojek pun bisa beli mobil," ujar Ardianto, masyarakat setempat yang menemani CNN Indonesia keliling Batam beberapa waktu lalu. Menurutnya, pemenang judi kebanyakan orang Batam. "Hari ini Jakarta kalah, besok orang Singapura yang kalah, gantian," ujarnya.

Namun, semua itu tak lagi bisa dilihat jika Anda berkunjung ke Batam sekarang. Perjudian sudah mati. "Sejak SBY melarang judi, langsung sepi," tutur Ardianto melanjutkan. Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono memang menindak tegas judi. Marina City pun kini bagai kota mati.

Menurut pengamatan CNN Indonesia saat berkunjung ke sana, kompleks gedung yang dahulu gemerlap sarang judi kini berubah gelap. Hanya ada lampu temaram di beberapa kamar yang masih dihuni. "Sekarang jadi tempat tinggal orang asing," kata Ardianto. Ia jadi semacam apartemen kelas subsidi. Dinding kusam tak terawat. Jemuran baju centang-perenang.

Di lantai paling dasar, dibuka petak-petak bar dengan lampu seadanya. Ada juga salon kecantikan yang jauh dari kesan mewah.

Beberapa perempuan berbusana seksi terlihat bermain biliar. Ekspatriat Eropa atau Amerika duduk memandangi mereka sembari menyesap bir dingin dari botol di tangannya. Kawasan itu jadi lebih mirip pusat bar murahan. Beberapa bar bahkan tutup. Lantai kayunya lapuk dimakan usia. Atap rumbianya jebol diterjang hujan.

Bukan hanya itu, pelabuhan Marina di sampingnya juga nyaris tak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Masih ada satu atau dua kapal feri bersandar, tapi tak tampak orang berlalu-lalang. Sesekali, klakson kapal terdengar dan perlahan feri besar berangkat.

Marina City, bekas tempat perjudian di Batam yang kini jadi kota mati (CNN Indonesia/Rizky Sekar Afrisia)

Suasana suram juga terasa di pantai samping pelabuhan Marina. Menjelang matahari terbenam, terlihat beberapa pasang muda-mudi datang dengan sepeda motor atau mobil. Mereka lalu duduk ditemani angin nan sepoi-sepoi.

"Kalau malam tahun baru masih ramai," kata Ardianto. Tapi ia tak memungkiri, hengkangnya perputaran uang miliaran rupiah dari perjudian membuat tempat itu nyaris tak bernyawa. Lokasi yang ramai hanya Waterfront, yang masih menjadi destinasi terutama bagi para penginap di Holiday Inn dan Harris Hotel.

"Sekarang judinya sudah pindah ke Singapura semua," Ardianto mengatakan. Yang dimaksudnya adalah Marina Bay Sand, yang menjadi bangunan kasino termahal di dunia. Feri mewah yang berhenti di perairan netral Indonesia-Singapura-Malaysia juga jadi pusat judi.



sumber: http://www.cnnindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar