Judi itu menyesatkan

Rasanya hampir semua orang pernah menghayal gimana seandainya menang lotre, taruhan menggunakan sejumlah uang, biasanya dikenal dengan istilah judi. Uwiiii.. perasaan tegang saat kita taruhan, dan menang! Cihuy.. seneng banget, mau shopping, bayar utang, rencana liburan buat ngabisin duit, jadi puaaaanjang J meski awalnya ikutan cuma buat iseng atau lucu-lucuan aja, hati-hati keterusan. Kita jadi punya misi lagi-lagi dan lagi… karena penasaran belum berhasil.

“Entah untuk mencari kesenangan, atau mengejar hadiahnya,” seorang psikolog berpendapat, ada benernya juga. Demi bersenang-senang, wajar deh, kita melakukannya bareng temen-temen. Menurut Rima, seorang psikolog, kita menyukai taruhan karena ingin mengalihkan stress pada masalah yang kita hadapi. “Selama berjudi – taruhan – masalah yang kita hadapi memang belum selesai namun keadaannya tidak setegang ketika tidak bermian. Ibaratnya belanja, kita sering menjadikannya sebagai pengurang ketegangan, dan setelahnya uang kita berkurang sejumlah belajaan.

Yang mungkin terjadi pada stress akut adalah ketika kita mengalami kekalahan berkali-kali, tetap saja main lagi. Inilah bahayanya, kalah atau menang menantang untuk dicoba terus.

“Lama-lama menang atau kalah tidak lagi penting, mereka cuma senang pas mainnya. Jika sampai tahap ini, seseorang sudah bisa dibilang kecanduan.” Biasanya otak mereka sudah menangkap bahwa untuk bias merasa senang adalah dengan berjudi. Dia nggak peduli lagi tuh, kalau sampai harus menjual barang-barang miliknya.

“Kalau fungsi-fungsi hidup seseorang sudah terganggu, misalnya samapi nggak mandi, nggak kerja, dan bertengkar dengan orang tua dan orang-orang dekat, itu pertanda dia udah kecanduan – dan digolongkan pada penyakit jiwa” kata Rima.

Kadang-kadang pecandunya sendiri nggak nyadar kalau kebiasannya itu udah mengganggu hidupnya. Orang-orang di sekitarnya yang menyadari kalau dia sudah kecanduan.

Untuk menyembuhkan para pecandu ini, dapat dilakukan terapi. Pecandu diajak mencoba cara lain untuk mendapatkan kesenangan yang sama seperti saat bermain judi. Tentu saja aktivitasnya tidak menyebabkan seseorang sampai menipu atau melakukan perampasan sejumlah uang. Dia akan merasakan bahwa kebiasannya ini jelek banget.

“Menurut penelitian, ada tipe otak tertentu yang memungkinkan seseorang berpotensi kecanduan judi. Masalahnya, kita nggak tahu seperti apa tipe otak kita. Bagus kalo bukan tipe otak nggak bakat judi.”

“Minum alkohol adalah salah satu pemicu kesadaran otak kita itu. Kita jadi nggak tau ambang batas antara minum untuk senang-senang atau sudah menjadi kebutuhan.” Bukan tanpa alas an juga, tuh… Bang Rhoma bilang, “Judi itu menyesatkan.” (http://gloucewriter.wordpress.com/)