Minggu, 13 Desember 2015

Dunia Kecam Donald Trump


Hasil gambar untuk donald trump

Belum terpilih jadi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sudah menebar kebencian. Setelah menjadikan reporter cacat buat bahan guyonan, kini dia melontarkan pernyataan anti-Islam.
=============

Kandidat unggulan capres Partai Republik Donald Trump menuai kecaman dari seluruh Amerika dan, bahkan, dunia gara-gara mengusulkan “larangan total dan menyeluruh” bagi warga Muslim untuk masuk ke Amerika hingga para pemimpin memiliki gambaran mengenai kemungkinan terjadinya serangan teroris baru. Trump menyampaikan hal itu dalam sebuah kampanye politik di South Carolina, Senin (7/12/2015).

“Donald J Trump menyerukan larangan total dan menyeluruh bagi warga Muslim untuk masuk ke Amerika hingga pemimpin-pemimpin kita mengetahui apa yang sedang terjadi. Kita tidak punya pilihan lain,” kata Trump.

Pernyataan Trump merujuk jajak pendapat Center for Security Policy yang menunjukkan 'kebencian' kaum Muslim terhadap warga Amerika bisa membahayakan negara.

Pernyataan tersebut mengemuka pascaserangan teror penembakan di Kota San Bernardino, yang diduga dilakukan pasangan suami-istri Tashfeen Malik dan Syed Farook.

Trump --yang sebelumnya menganjurkan agar masjid-masjid diawasi secara ketat dan membuat database Muslim yang tinggal di AS-- diduga kuat mengeluarkan komentar bertendensi SARA itu demi menjaring dukungan dalam pemilihan kandidat Partai Republik.

Kontan, pernyataan itu menuai banyak kecaman negatif, termasuk dari anggota-anggota Partai Republik dan kalangan pemerintahan Amerika Serikat sendiri.

Ketua DPR Paul Ryan, tanpa menyebut nama Trump, mengecam mengutuk pernyataan itu. “Biasanya saya tidak mengomentari apa yang sedang terjadi dalam pemilu presiden. Saya melakukan pengecualian hari ini. Ini bukan tentang konservatif atau bukan. Apa yang diusulkan kemarin bukanlah sikap partai, dan terutama sekali hal itu bukan sikap negara ini,” kecam Ryan.

Perkataan Donald Trump yang ingin melarang Muslim masuk ke AS ternyata malah menjadi bumerang. Bahkan Gedung Putih juga mengecamnya.

Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, menganggap perkataan Donald Trump yang ingin melarang warga Muslim masuk ke wilayah AS, malah membuatnya mendiskualifikasi dirinya sendiri dari pemilihan tahun depan.

Dilansir dari Business Insider, Rabu (9/12),  Earnest menganggap perkataan miliarder tersebut sangat menyinggung semua pemeluk agama Islam. "Kampanye Trump selama ini tidak memiliki kualitas yang baik, mulai dari slogan yang 'kosong' dan penuh kebohongan," tandas Earnest.

Earnest mengecam seluruh pendukung Partai Republik yang mendukung Trump menjadi Presiden AS selanjutnya. Pertanyaannya, kata Earnest, apa sisa anggota Partai Republik lainnya juga akan terseret ke dalam kampanye sampah yang Trump serukan atau tidak.

"Perkataan Trump adalah sebuah diskualifikasi dan semua anggota partai Republik sebenarnya tahu bahwa sebenarnya Trump tidak memiliki kualifikasi yang baik sebagai presiden," kata Earnest.

Senada dengan juru bicara Gedung Putih, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake Jr menolak secara tegas pernyataan kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, yang meminta agar kaum Muslim tak diizinkan memasuki wilayah Amerika Serikat.

"Pernyataan Trump bertentangan denga nilai-nilai kami, nilai yang dianut AS," kata Dubes Blake dalam diskusi bertajuk “Evolving Coalition Against ISIS' yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI)” di Jakarta, Selasa (8/12).

Pernyataan Trump, tambah Dubes, tidak merepresentasikan Amerika Serikat. "Kami menolak, pernyataan Trump, agar umat Islam diperlakukan secara berbeda dan dilarang masuk ke AS," tegas Dubes Blake.

Apalagi, kata dia, Presiden Barack Obama secara tegas menyatakan bahwa yang diperangi AS adalah ISIS dan kelompok teroris lainnya, bukan Islam.

Tak ketinggalan pula legenda tinju kelas berat dunia Muhammad Ali ikut berkomentar. Ali tidak menyebut langsung nama bakal calon presiden dari Partai Republik tersebut. Tapi, sebagaimana dilaporkan NBC dan ABC, yang dikutip AFP, Kamis (10/12), pernyataan dari legenda berusia 73 tahun itu merujuk kepada Trump.

“Berbicara sebagai seseorang yang belum pernah dituduh melakukan kebusukan politik, saya percaya para pemimpin politik harus menggunakan posisinya untuk membawa pemahaman mengenai agama Islam dan menjelaskan bahwa para pembunuh salah arah ini telah menyesatkan pandangan orang-orang terhadap Islam yang sebenarnya,” bunyi pernyataan Ali.

Ali menambahkan, dirinya terdorong untuk ikut dalam perdebatan ini, setelah Presiden Barack Obama menyebut kaum Muslim juga ada yang jadi tentara, warga, bahkan pahlawan olahraga AS. Sedangkan Trump menantang orang-orang untuk berpikir bagaimana seorang Muslim bisa menjadi pahlawan olahraga.

“Saya Muslim dan membunuh orang-orang tak berdosa di Paris, San Bernardino, atau di manapun di seluruh dunia tidak ada hubungannya dengan Islam. Muslim yang sesungguhnya tahu bahwa kekerasan tak berkeperimanusiaan yang dilakukan oleh apa yang disebut para jihadis Islamis itu sangat bertentangan dengan agama kami,” lanjut pernyataan tersebut

Dari dunia internasional, juru bicara Badan urusan Pengungsi PBB UNRA Melissa Flemming hari Selasa mengatakan retorika itu merugikan upaya PBB merelokasi sebagian pengungsi ke Amerika. “Kami memiliki program pemukiman kembali pengungsi yang sangat besar ke Amerika dan program itu mencakup para pengungsi Suriah, kami bicara tentang pengungsi Suriah saat ini, dan kami prihatin retorika yang digunakan dalam kampanye pemilu itu dapat menimbulkan risiko bagi program pemukiman kembali orang-orang yang sangat rentan ini, korban peran yang tidak bisa dihentikan dunia,” tutur Melissa.

Di dunia maya pun, Donald Trump tak lepas dari kecaman. Redaksi Eveline melakukan pemantauan terhadap media sosial, khususnya twitter, pada periode 7-8 Desember 2015. Pemantauan yang dilakukan menggunakan Evello Intelligent Tagging System ini mendapati 214.203 tweet perbincangan dunia mengenai Donald Trump. Sedang 91.256 tweet netizen mengomentari pernyataan Trump soal Muslim dilarang masuk ke AS.

Atas pernyataan yang dilontarkan oleh mantan bintang reality TV Donald Trump saat berpidato selama 50 menit di kapal perang USS Yorktown, netizen menyebut apa yang dikatakan Donal Trump sebagai hate speech. Hal ini terbukti dengan 13.675 kicauan menyebut hal tersebut di linimasa Twitter. Berikut beberapa kutipan apa yang diungkapkan netizen tentang hate speech ini. Akun twitter @DarakshanRaja mengatakan “Donald Trump is a fascist, racist, & anti-Muslim bigot. Cut his mic already. Hate speech against #Muslims is not freedom of speech“, ada pula “omg…Donald Trump’s mouth should be considered a lethal weapon. his hate speech will inspire so many racist psychos to kill #facethenation” kicauan dari akun @TheLAproject.

Lebih lanjut, seorang wanita dari Aberdeen, Skotlandia, bernama Suzanne Kelly menyerukan petisi yang melarang Calon Presiden AS dari partai Repubik Donal Trump untuk masuk ke Negara Inggris atas pidato yang bernada hate speech dan fitnah. Petisi ini sontak membuat netizen dunia membicarakan sebanyak 3.581 kicauan.

The Independent melaporkan bahwa petisi ini harus mengumpulkan 100.000 tanda tangan sebelum dapat diambil untuk debat oleh House of Commons di Parlemen Inggris. Petisi bertajuk “Adang Donald Trump untuk masuk Inggris” itu berbunyi: ”Inggris sudah pernah melarang masuk banyak individu karena ujaran kebencian. Prinsip yang sama harus berlaku kepada siapa saja yang ingin masuk ke Inggris. Jika Inggris ingin terus menerapkan kriteria perilaku buruk kepada siapa saja yang ingin memasuki perbatasannya, berarti harus berlaku secara adil kepada yang kaya selain yang miskin, dan juga yang lemah selain yang kuat.”

Sampai Kamis (10/12) sore, sudah lebih dari 370.000 orang warga Inggris yang menandatangani petisi untuk melarang Donald Trump  masuk ke negaranya. Parlemen Inggris sekarang harus mempertimbangkan untuk menggelar dengar pendapat terhadap petisi tersebut. Petisi online tersebut disampaikan ke laman Parlemen Inggris pada Selasa (8/12).

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris Theresa May bisa melarang masuk seorang individu jika dianggap kehadirannya tidak kondusif bagi kebaikan masyarakat atau jika larangan tersebut bisa dibenarkan atas pertimbangan-pertimbangan kebijakan publik.

Apakah kehadiran Donald Trump tidak kondusif bagi masyarakat Inggris? Entahlah. (BN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar