Minggu, 15 Januari 2017

Bukan Semillah (DIVA Press, 2016); Novel Religius Bertema Perkampungan Judi

Bukan Semillah adalah sebuah novel bergenre religi yang disajikan dengan muatan dakwah keislaman yang tidak begitu berat. Ditulis oleh seorang dosen UIN Sunan Kalijaga dengan nama pena Nadine T.


Meletakkan takdir sebagai jalan hidup, membuat Inem, seorang perempuan tangguh, membiarkan hidupnya berkubang dalam dunia perjudian di Kampung Pasar Ayam. Kehidupan kelam telah menjadi tontonan semenjak kecil seolah tak ada lagi pihak yang peduli dengan adanya penyimpangan itu. Polisi bukanlah Tuhan yang mampu membalikkan dunia. Para penjudi itu sekadar ditangkap sehari kemudian dibebaskan tanpa adanya efek jera. (hlm. 15)
Inem hanyalah satu dari sekian banyak perempuan penjudi yang mempertaruhkan keberuntungannya dengan uang hasil kerja keras sebagai pelinting rokok semenjak usianya belumlah dianggap dewasa. Kemenangan adalah puncak dari berbagai kekalahan. Dinanti-nantikan oleh Inem yang mau tidak mau mendekati rentenir demi mendapatkan sejumlah modal baru. Tapi siapa yang bakalan puas dengan satu kemenangan, sementara kemenangan tak melulu hadir di akhir permainan?

Bukan Semillah adalah sebuah novel bergenre religi yang disajikan dengan muatan dakwah keislaman yang tidak begitu berat. Ditulis oleh seorang dosen UIN Sunan Kalijaga dengan nama pena Nadine T. Novel ini dituliskan berdasar kisah nyata seseorang yang dia enggan menyebutkan identitas sebenarnya.
Bukan Semillah; Novel Religius Bertema Perkampungan Judi
Sumber gambar: blogdivapress.com
Sosok Inem merupakan karakter mencolok. Dari dia pulalah konflik-konflik batin bersumber. (hlm 25). Bahwa iya, buku ini tidak hanya menyoroti fenomena sosial masyarakat di sebuah perkampungan di Solo, namun juga tentang perasaan seorang perempuan yang memilih untuk taat pada orang tua ketimbang memperjuangkan cinta yang sedang mekar-mekarnya. (hlm. 29)
Ada persoalan seputar rumah tangga pula di sini. Setelah menikah, kehidupannya tidak serta- merta menjadi lebih baik. Dia tetap harus banting tulang mencari tambahan penghasilan sebab sang suami bekerja dengan setengah hati dan malas-malasan. Anak-anak yang semakin lama semakin akrab dengan kehidupan masyarakat Kampung Pasar Ayam. Tidak lagi merasa risih dengan kaum perempuan yang bersanding dengan laki-laki berjam-jam sampai pagi bermain kartu.
Kedatangan sejumlah santri ke Kampung Pasar Ayam mungkin menjadi takdir Tuhan yang lain. Mereka jauh-jauh datang dari Tuban atas perintah Kiai Faishol untuk mengabdi di kampung itu. Sebagai sesama umat Islam, alangkah baiknya jika fungsi saling menasihati dan memberikan kebaikan adalah anjuran yang berlaku seumur hidup. Dengan satu syarat, tanpa kekerasan. Hal itu terus ditanamkan sang kiai kepada murid-muridnya. Kekerasan tidak akan mengubah kondisi menjadi lebih baik. Tak ada manusia yang suka diperlakukan dengan tidak semestinya.
Maka tugas mulia pun diemban lima pemuda yang berasal dari berbagai daerah itu. Mereka melihat bagaimana kehidupan di luar sana, berbeda dengan kehidupan mereka selama berada di dalam pondok. Pemuda-pemuda seusia mereka tidak mengaji maupun membaca kitab. Minuman keras oplosan bisa menjadi santapan sehari-hari. Dalam acara-acara pesta, tua dan muda berkumpul dan bersenang-senang dengan kartu dan minuman keras. Adegan ini menjadi pembuka dalam novel Bukan Semillah yang diakhiri dengan penangkapan besar-besaran.
Pertentangan-pertentangan muncul dari penduduk kampung yang tidak menyukai adanya dari pihak luar yang berusaha untuk memberikan warna baru dengan adanya pengajian-pengajian rutin. Termasuk di dalamnya adalah rentenir yang mulai mengkhawatirkan jumlah pinjaman penduduk kampung. Kurangnya aktivitas berjudi membuat kebutuhan akan uang pun menurun. Untuk hidup sehari-hari, penduduk tidak dalam kemewahan.
Sepanjang novel setebal 216 halaman, pro dan kontra memang menjadi keunggulan tersendiri yang terus berjalan fluktuatif. Usaha-usaha untuk membawa Inem hingga meninggalkan kebiasaan lamanya, tidak hanya datang dari keluarga, melainkan teman-temannya. Di masa tuanya, sudah tidak sepantasnya masih saja bergantung pada perjudian. Sudah saatnya berhenti. Sekarang sebelum ajal menjemput. Sebab, orang-orang tercinta Inem sudah lebih dulu pergi menghadap-Nya.


Judul buku: Bukan Semillah
Penulis: Nadine T.
Penerbit: DIVA Press
Terbit: Januari 2016
Hlm: 216 hlm


Jogja, 2016
(http://tapakrantau.web.id/resensi-novel-bukan-semillah/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar