Selasa, 26 Januari 2016

Kartel Narkoba Habisi Wali Kota Temixco



Sungguh tidak mudah mengemban jabatan di negeri yang telah dikuasai kartel narkoba. Setiap saat mesti siap mati, terlebih bila tercium si pejabat bakal membersihkan kartel.
============


Beberapa lelaki bersenjata merangsek masuk rumah Wali Kota Temixco, Meksiko, yang baru dilantik, Gisela Mota, 33 tahun. Mota langsung tewas ditembak dalam serangan itu pada awal Januari 2016. Gisela dibunuh kurang dari 24 jam setelah ia dilantik di Kota Temixco, 90 kilometer dari Kota Meksiko. Kota ini memiliki populasi sekitar 100 ribu jiwa yang menjadikannya kota terbesar keempat di negara bagian Morelos.

Pemerintah Morelos mengatakan dua tersangka penyerang wali kota telah ditembak mati dan dua orang lagi telah ditahan menyusul serangan tersebut.

Sebagaimana dilansir NY Daily News (3/1), sekitar 07.30, waktu setempat, para pembunuh masuk rumah Mota, memukulinya, dan kemudian menembaknya di kepala. Paramedis, yang tiba di rumah Mota pada pukul 07.50, mengkonfirmasi bahwa ia telah tewas.

Setelah itu, tersangka yang mencoba melarikan diri dengan sebuah mobil van diikuti polisi, lalu terjadi baku tembak antara tersangka dan polisi. Polisi menembak mati dua tersangka dan dua lainnya dibawa ke tahanan.

Gisela Mota merupakan mantan anggota Kongres federal, milik partai sayap kiri Revolusi Demokrat. Partai ini dibentuk pada akhir 1980-an dan sejak awal berdiri telah menjadi sasaran pembunuhan politik. Gisela Mota adalah penduduk asli Veracruz dan wali kota perempuan pertama Temixco. Temixco sendiri adalah kota yang diwarnai oleh tindak kriminal terorganisir dan perdagangan narkoba yang merajalela. Gisela merupakan sosok yang hendak membersihkan kotanya dari penyakit itu. Namun malang, ia keburu tewas dibunuh gerombolan bersenjata.

Sejak tahun 2006, di bawah Presiden Felipe Calderon, Meksiko menyatakan perang melawan narkoba berikut kartel-kartel pengedarnya. Meksiko sudah dikuasai mafia narkoba. Wilayah Negara ini terpecah atas kekuasaan kartel narkoba. Boleh jadi Meksiko bisa menjadi contoh yang sempurna. Tercatat setidaknya ada 8 kartel narkoba di negara itu. Mereka terkadang bekerja sama, namun akhirnya pecah kongsi, berperang dan saling membunuh. Ujung-ujungnya perkara duit!

Kartel narkoba di Meksiko bisa membentuk kelompok paramiliter sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Kartel Los Zetas yang membentuk pasukan khusus berisikan 34 tentara khusus untuk melindungi bos dan calon bos kartel itu. Tentara khusus itu direkrut kartel Los Zetas dari 30-an desertir dan pensiunan tentara AD Meksiko dan dibayar dengan profesional.

Kekerasan meningkat di negara itu sejak Presiden Felipe Calderon menyatakan berperang melawan narkoba sejak Desember 2006. Bahkan Pemerintahan Felipe sampai mengadakan operasi militer untuk memberantas kartel narkoba. Lebih dari 50 ribu tentara dan polisi diterjunkan untuk pemberantasan ini.

Sejak itu pula kekerasan di Meksiko meningkat karena kartel narkoba itu melawan balik. Wilayah-wilayah yang kekerasannya meningkat adalah Sinaloa, Michoacan, Guerrero dan yang paling keras adalah Ciudad Juarez. Bayangkan, di Ciudad Juarez ada 3.100 orang terbunuh dari total populasi yang satu juta. Tahun 2010, kekerasan meluas di Nuevo Leon, Tamaulipas hingga Monterry. Pada 2011 kekerasan merambat ke Veracruz.

Sejak 2006, saat perang kartel narkoba oleh Pemerintah Meksiko ditabuh, sejumlah polisi, politikus, dan pemimpin daerah dibunuh. Mayoritas politikus yang dibunuh ini di wilayah yang menjadi perang narkoba. Tokoh politik yang dijadikan sasaran kartel adalah mereka yang yang jujur dan lurus, yang menjadi beking beberapa kartel, dan politikus yang tak berdosa, yang dibunuh begitu saja oleh kartel untuk memanaskan situasi di wilayah perang kartel narkoba itu. (BN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar