Sungguh tidak mudah mengemban jabatan di negeri
yang telah dikuasai kartel narkoba. Setiap saat mesti siap mati, terlebih bila
tercium si pejabat bakal membersihkan kartel.
============
Beberapa lelaki bersenjata merangsek masuk rumah Wali Kota
Temixco, Meksiko, yang baru dilantik, Gisela Mota, 33 tahun. Mota langsung tewas
ditembak dalam serangan itu pada awal Januari 2016. Gisela dibunuh kurang dari
24 jam setelah ia dilantik di Kota Temixco, 90 kilometer dari Kota Meksiko.
Kota ini memiliki populasi sekitar 100 ribu jiwa yang menjadikannya kota
terbesar keempat di negara bagian Morelos.
Pemerintah Morelos mengatakan dua tersangka penyerang wali
kota telah ditembak mati dan dua orang lagi telah ditahan menyusul serangan
tersebut.
Sebagaimana dilansir NY Daily News (3/1), sekitar
07.30, waktu setempat, para pembunuh masuk rumah Mota, memukulinya, dan
kemudian menembaknya di kepala. Paramedis, yang tiba di rumah Mota pada pukul
07.50, mengkonfirmasi bahwa ia telah tewas.
Setelah itu, tersangka yang mencoba melarikan diri dengan
sebuah mobil van diikuti polisi, lalu terjadi baku tembak antara tersangka dan
polisi. Polisi menembak mati dua tersangka dan dua lainnya dibawa ke tahanan.
Gisela Mota merupakan mantan anggota Kongres federal, milik
partai sayap kiri Revolusi Demokrat. Partai ini dibentuk pada akhir 1980-an dan
sejak awal berdiri telah menjadi sasaran pembunuhan politik. Gisela Mota adalah
penduduk asli Veracruz dan wali kota perempuan pertama Temixco. Temixco sendiri
adalah kota yang diwarnai oleh tindak kriminal terorganisir dan perdagangan
narkoba yang merajalela. Gisela merupakan sosok yang hendak membersihkan
kotanya dari penyakit itu. Namun malang, ia keburu tewas dibunuh gerombolan
bersenjata.
Sejak tahun 2006, di bawah Presiden Felipe Calderon, Meksiko
menyatakan perang melawan narkoba berikut kartel-kartel pengedarnya. Meksiko
sudah dikuasai mafia narkoba. Wilayah Negara ini terpecah atas kekuasaan kartel
narkoba. Boleh jadi Meksiko bisa menjadi contoh yang sempurna. Tercatat
setidaknya ada 8 kartel narkoba di negara itu. Mereka terkadang bekerja sama,
namun akhirnya pecah kongsi, berperang dan saling membunuh. Ujung-ujungnya
perkara duit!
Kartel narkoba di Meksiko bisa membentuk kelompok
paramiliter sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Kartel Los Zetas yang
membentuk pasukan khusus berisikan 34 tentara khusus untuk melindungi bos dan
calon bos kartel itu. Tentara khusus itu direkrut kartel Los Zetas dari 30-an
desertir dan pensiunan tentara AD Meksiko dan dibayar dengan profesional.
Kekerasan meningkat di negara itu sejak Presiden Felipe
Calderon menyatakan berperang melawan narkoba sejak Desember 2006. Bahkan
Pemerintahan Felipe sampai mengadakan operasi militer untuk memberantas kartel
narkoba. Lebih dari 50 ribu tentara dan polisi diterjunkan untuk pemberantasan
ini.
Sejak itu pula kekerasan di Meksiko meningkat karena kartel
narkoba itu melawan balik. Wilayah-wilayah yang kekerasannya meningkat adalah
Sinaloa, Michoacan, Guerrero dan yang paling keras adalah Ciudad Juarez. Bayangkan,
di Ciudad Juarez ada 3.100 orang terbunuh dari total populasi yang satu juta.
Tahun 2010, kekerasan meluas di Nuevo Leon, Tamaulipas hingga Monterry. Pada
2011 kekerasan merambat ke Veracruz.
Sejak 2006, saat perang kartel narkoba oleh Pemerintah
Meksiko ditabuh, sejumlah polisi, politikus, dan pemimpin daerah dibunuh.
Mayoritas politikus yang dibunuh ini di wilayah yang menjadi perang narkoba.
Tokoh politik yang dijadikan sasaran kartel adalah mereka yang yang jujur dan
lurus, yang menjadi beking beberapa kartel, dan politikus yang tak berdosa,
yang dibunuh begitu saja oleh kartel untuk memanaskan situasi di wilayah perang
kartel narkoba itu. (BN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar